Persalinan merupakan proses fisiologis yang tidak akan habis sejalan dengan kelangsungan hidup manusia di muka bumi ini. Asuhan Persalinan Normal (APN) disusun dengan tujuan terlaksananya persalinan dan pertolongan pada persalinan normal yang baik dan benar, target akhirnya adalah penurunan angka motalitas ibu dan bayi di Indonesia. Pada awalnya APN terdiri dari 60 Langkah, namun setelah direvisi menjadi 58 Langkah, sebagai berikut :
- Mendengar
dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
- Memastikan
kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah
partus set.
- Memakai
celemek plastik.
- Memastikan
lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir.
- Menggunakan
sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan
dalam.
- Mengambil
alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan
letakan kembali ke dalam wadah partus set.
- Membersihkan
vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
- Melakukan
pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban
sudah pecah).
- Mencelupkan
tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5%.
- Memeriksa
denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ dalam
batas normal (120 – 160 x/menit)).
- Memberi
tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
- Meminta
bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his,
bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
- Melakukan
pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
- Menganjurkan
ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
- Meletakan
handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
- Meletakan
kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
- Membuka
tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan,
- Memakai
sarung tangan DTT pada kedua tangan.
- Saat
kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
- Memeriksa
adanya lilitan tali pusat pada leher janin
- Menunggu
hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
- Setelah
kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
- Setelah
bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
- Setelah
badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong dan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
- Melakukan
penilaian selintas : (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa
kesulitan? (b) Apakah bayi bergerak aktif ?
- Mengeringkan
tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain
yang kering. Membiarkan bayi di atas perut ibu.
- Memeriksa
kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
- Memberitahu
ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
- Dalam
waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
- Setelah
2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
- Dengan
satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
- Mengikat
tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
- Menyelimuti
ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
- Memindahkan
klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
- Meletakan
satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
- Setelah
uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
- Melakukan
penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial).
- Setelah
plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati.
Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
- Segera
setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada fundus
uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian
palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba
keras)
- Periksa
bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir
lengkap, dan masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
- Evaluasi
kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.
- Memastikan
uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
- Membiarkan
bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam.
- Setelah
satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
- Setelah
satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral.
- Melanjutkan
pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
- Mengajarkan
ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
- Evaluasi
dan estimasi jumlah kehilangan darah.
- Memeriksakan
nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
- Memeriksa
kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
- Menempatkan
semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
- Buang
bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
- Membersihkan
ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir
dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
- Memastikan
ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin
minum.
- Dekontaminasi
tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
- Membersihkan
sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
- Mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir.
- Melengkapi
partograf.